Jumat, 01 April 2011

Lupita's Blog: Stratifikasi Sosial

Lupita's Blog: Stratifikasi Sosial: "Stratifikasi berasal dari kata Stratus yang artinya lapisan. Sehingga stratifikasi social berarti la..."

Stratifikasi Sosial



Stratifikasi berasal dari kata Stratus yang artinya lapisan. Sehingga stratifikasi social berarti lapisan masyarakat. Suatu kiasan untuk menggambarkan bahwa dalam tiap kelompok terdapat perbedaan kedudukan seseorang dari yang berkedudukan tinggi sampai rendah, seolah – olah merupakan lapisa yang bersap – sap dari atas ke bawah. Kalau kita amati maka pada setiap masyarakat pasti terdapat bebrapa orang yang lebih dihormati daripada yang lain.
Untuk mudahnya dapt kita perhatikan susunan kekastaan pada masyarakat Hindu dimana terdapat urutan – urutan dari yang paling tinggi sampai rendah seolah – olah hidupnya berlapis – lapis. Susunan kekastaan Hindu adalah Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Demikian pula pada masyrakat modern, dewasa ini Stratifikasi Sosial masih tetap ada walaupun tidak setegas pembagian dalam kekastaan Hindu.
Sekarang ini tampak bahwa orang – orang yang memiliki kekuatan ekonomi, politik, kekuatan militer, intelegensi yang tinggi dan pimpinan agama menduduki stratifikasi social pada lapisan – lapisan atas masyarakat tertentu dan dihormati pada masyaraktnya.
Sistem Stratifikasi Tertutup dan Terbuka
            J. Milton Yinger merumuskan empat criteria untuk membedakan sistem kelas, system kasta dan system mayoritas – mayoritas, meskipun ia menyadari bahwa criteria yang dibuatnya tersebut merupakan tipe ideal. Criteria yang diajukan Yinger terdiri atas keanggotaan berdasarkan kelahiran, endogamy, dukungan institusi bagi perlakuan berbeda dan penerimaan status oleh kelompok yang lebih rendah (lihat Yinger, 1996 : 40 - 56)
            Berdasarkan criteria Yinger ini suatu system kasta ditandai oleh keanggotaan melalui kelahiran, endogamy, dukungan institusi bagi perlakuan berbeda dan penerimaan status oleh kelompok yang lebih rendah. Artnya, seseorang hanya dapat menjadi anggota suatu kasta melalui pernikahan; ia hanya dapat menikah dengan orang dari kasta yang sama; masyarakat cenderung merestui perlakuan berbeda bagi orang yang kastanya berbeda; dan orang yang menjadi anggota   kasta lebih rendah ajan cenderung menerima kedudujkannya yang lebih rendah sebagai hal yang wajar.
            Dalam sosiologi kita mengenal pembedaan antara stratifikasi tertutup dan stratifikasi terbuka. Keterbukaan suatu system stratifikasi diukur dari medah tidaknya dan sering tidaknya seseorang mempunyai status tertentu dalam strata yang lebih tinggi (lihat Yinger, 1966 :34). Menurut Yinger suatu system stratifikasi dinamakan tertutup sama sekali manakala setiap anggota masyarakat tetap berada pada status yang sama dengan orang tuanya, dan dinamakan terbuka sama sekali manakala setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan orang tuanya. Kenyataan empiric berada diantara kedua kutub tersebut: tidak ada masyarakat yang stratifikasinya terbuka sama sekali maupun tertutup sama sekali. Yinger memperkirakan bahwa dalam masyarakat yang paling terbuka, yaitu masyarakat industry modern, hanya sepertiga anggota yang statusnya lebih tinggi atau lebih rendah daripada status orang tuanya.
Stratifikasi terbuka adalah anggota kelompok yang satu kemungkinan besar untuk berpindah ke kelompok yang lain, artinya dapat menurun ke kelompok yang lebih rendah atau sebaliknya. Stratifikasi tertutup adalah kemungkinan pindah seorang anggota kelompok dari golongan yang satu ke golongan yang lain kecil sekali. Ukuran yang biasanya dipakai untuk mengolong- golongkan anggota – anggota masyarakat kedalam lapisan – lapisan social adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan.
Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi mobilitas social berarti perpindahan status dalam stratifikasi social. Mobilisasi vertical mengacu pada mobilitas ke atas atau ke bawah dalam stratifikasi social, yang dinamakan lateral mobility (lihat Giddens, 1989:229) yang mengacu pada perpindahan geografis antara lingkungan setempat, kota dan wilayah. Mobilitas intragenerasi mengacu pada mobilitas social yang dialami seseorang dalam masa hidupnya: misalnya, dari status asisteeennn dosen menjadi guru besar atau dari perwira pertama menjadi perwira tertinggi. Mobilitas antar – generasi, di pihak lain mengacu pada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang tuanya; misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insinyur atau anak menteri menjadi pedagang kaki lima.
Pada masyarakat yang mempunyai stratifikasi terbuka pergantian status dimungkinkan. Meskipun dalam masyarakat demikian terbuka kemungkinan bagi setiap anggota masyarakat untuk naik turun dalam hierarki social, dalam kenyataan mobilitas social antar -  generasi maupun intragenerasi yang terjadi bersifat terbatas. Masih cukup banyak anggota masyarakatnya yang menduduki status tidak banyak berbeda dengan status orang tua mereka, dan selalu ada saja anggota masyarakat yang tidak berhasil meraih status sederajat dengan status yang pernah diduduki orang tuanya.
Kelas Sosial
Jeffries mendasarkan pandangannya mengenai kelas pad pandangan para tokoh klasik. Ia mengemukakan bahwa kelas social merupakan “ social and ecimic groups constituted by a coalescence of economic, occupational, and educational bonds ” (Jeffries, 1980 :73-80). Jadi Jefrries melihat bahwa konsep kelas melibatkan perpaduan antara ikatan ekonomi, pekerjaan , dan pendidikan. Namun ada ahli sosiologi yang berpandangan bahwa kelas tidak hanya menyangkut orang tertentu yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi, tetapi mencakup pula keluarga mereka.
Karena adanya keterkaitan status seorang anggota keluarga dengan statua anggota yang lain maka bilaman status kepala keluarga naik, status keluarga akan ikut naik. Sebaliknya penurunan status keluarga akan menurunkan status keluarganya pla.
Secara ideal system kelas merupakan suatu system stratifikasi terbuka karena status di dalamnya dapat diraih melalui usaha pribadi. Dalam kenyataan sering terlihat bahwa system kelas mempunyai system tertutup, sepertinya misalnya system endogamy kelas. Pergaulan dan pernikahan, misalnya, lebih sering terjadi antara orang yang kelasnya sama daripada dengan orang dari kelas lebih rendah atau lebih tinggi.
Cara Mempelajari Stratifikasi Sosial
Menurut Zanden dalam sosiologi digunakan tiga pendekatan berlainan untuk mempelajari stratifikasi social (Zanden, 1979:267 - 274).
Pendekatan pertama yaitu pendekatan objektif dinamakan demikian karena menggunakan ukuran objektif berupa variable yang mudah diukur secara statistic seperti pendidikan, pekerjaan atau penghasilan. Pendekatan subyektif merupakan pendekatan yang menurut Zanden melihat kelas sebagai suatu kategori social, sehingga ditandai oleh kesadaran jenis. Stratifikasi menurut pendekatan subyektif ini disusun dengan meminta pada responden survai untuk menilai status sendiri dengan jalan menempatkan diri pada suatu skala kelas, misalnya kelas atas, kelas menengah, kelas bawah. Data yang terkumpul memberikan gambaran subyektif mengenai stratifikasi. Pendekatan reputational, para subyek penelitian diminta menilai status orang lain dengan jalan menempatkan  orang lain tersebut pada suatu skal tertentu. Menurut Zanden disini kelas dipandang sebagai suatu kelompok social yang ditandai oleh kesadaran kelompok dan interaksi antaranggota. Dengan cara antara lain dapat disusun suatu skala prestise pekerjaan (occupational prestige scale) yang memperlihatkan peringkat prestise suatu pekerjaan tertentu dalam suatu komunitas.
Upaya Masyarakat Untuk Mengurangi Ketidaksamaan
Masyarakat yang mempunyai system stratifikasi tertutup menunjang ketidaksamaan social sehingga tidak menganjurkan mobilitas social. Masyarakat dengan system stratifikasi terbuka, di pihak lain, menganut asas persamaan social dan membenarkan serta menganjurkan mobilitas social. Dalam masyarakat demikian setiap orang mengharapkan perlakuan dan kesempatan yang sama tanpa memandang perbedaan yang dibawa sejak lahir seperti perbedan jenis kelamin, usia, ras , suku bangsa dan agama.
Masyarakat lain lebih menekankan asas yang menyatakan bahwa pemerataan berarti pemerataan pendapatan. Meskipun asas ini sangat menonjol pada komunisme yang berpandangan bahwa seseorang diharapkan menyumbangkan tenaganya pada masyarakat sesuai dengan kemampuannya tetapi akan memperoleh imbalan sesuai dengan keperluannya, namun asas bahwa pemberian imbalan dalam masyarakta perlu didasarkan pada pemenuhan keperluan pokok anggota masyarakat pun dianut oleh banyak masyarakat yang tidak menganut komunisme. Menurut Light, Keller dan Calhoun (1989:314) para politikus konservatif yakin bahwa pemenuhan keperluan dan penyaluran ambisi diatur melalui mekanisme pasar, sedangkan para politikus liberal percaya bahwa anggota masyarakat yang rentan perlu dibantu oleh pemerintah.
Untuk mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat pemerintah berbagai Negara menerapkan program. Dalam masyarakat kita  pun terdapat berbagai usaha untuk membantu anggota masyarakat yang tidak mampu memenuhi keperluan pokok mereka. Kita mengenal antara lain, berbagai program Pemerintah seperti program Inpres desa tertinggal (IDT), program pembangunan perumahan rakyat murah bagi anggota masyarakat berpenghasilan rendah, program kredit mahasiswa, beasiswa, dan pembebasan SPP bagi siswa atau mahasiswa yang tidak mampu,pemberian subsidi kepada sekolah swasta, program orang tua asuh, penyediaan sarana kesehatan murah seperti PUSKESMAS, POSYANDU , dan program obat generic, penyediaan kredit ringan bagi pengusaha ekonomi lemah, proyek penyediaan air minum dan listrik bagi masyarakat desa, pemberian subsidi untuk menekan harga bahan bakar dan minyak, system pajak yang membebaskan anggota masyarakat berpenghasilan rendah dari beban pajak dan membebani anggota masyarakat berpenghasilan tinggi dengan beban pajak yang semakin berat.
Bebrapa masyarakat bahkan berusah mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat dengan jalan membatasi perbedaan antarindividu. Usaha membatasi perbedaan antarindividu ini sering dimulai sejak masa bayi, karena disadari bahwa keluarga merupakan sumber utama ketidaksamaan social. Dalam masyarakat komunis seperti Uni Soviet dan RRT di masa lampau, misalnya anak – anak telah sejak sangat dini dipisahkan dari orang tua dan didik bersama dalam komune tempat mereka disosialisasi untuk menganut asas persamaan. Hal serupa dijumpai pula dalam system Kibbutz di Israel.

Kamis, 31 Maret 2011

Telaah Kritis Teori Motivasi


Analisis perspektif kebutuhan mengenai teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori tiga kebutuhan dari Atkinson dan David McClelland, teoti dua factor dari Frederick Herzberg.
Ø  Persamaan antara teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori tiga kebutuhan dari Atkinson dan David McClelland, teoti dua factor dari Frederich Herzberg: adanya kesamaan faktor
v  Pada teori Maslow menyebutkan adanya tingkatan kebutuhan yaitu fisik, kemanan, Sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
v  Pada teori McClelland ada 3 kebutuhan yaitu, kebutuhan akan berprestasi, kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan akan afiliasi.
v  Pada teori Herzberg ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu kesempatan untuk berprestasi, pengakuan dalam lingkungan pekerjaan (recognition), kesempatan untuk bertanggung jawab, kesempatan untuk berkembang dan mengembangkan diri.
Dari ketiga teori tersebut kita dapat menarik kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi sama. Sebagai contoh pada teori Maslow tingkat kebutuhan sosial, pada teori Herzberg terdapat faktor pengakuan dalam lingkugan pekerjaan, pada teori McClelland ada kebutuhan afiliasi.
Ø  Kelebihan antara teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori tiga kebutuhan dari Atkinson dan David McClelland, teoti dua factor dari Frederich Herzberg :
v  Teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow :
1.      Teori hierarki kebutuhan Maslow telah memperoleh pengakuan luas, terutama pada para manajer aktif. Karena teori ini berdasarkan logika yang intuitif dan mudah dipahami.
2.      Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak (material dan nonmaterial) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.
3.      Manajer mengetahui bahwa seseorang berperilaku atau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (material dan nonmaterial) yang akan memberikan kepuasaan baginya.
4.      Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau sosial ekonominya. Seseorang yang berkedudukan rendah (sosial ekonomi lemah)cenderung dimotivasi oleh material, sedang orang yang berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh nonmaterial.
5.      Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang semangat bekerja bawahannya.
v    Kelebihan teori motivasi prestasi dari Atkinson dan David McClelland:
1.      Adanya riset yang ekstensif dalam teori ini sehingga besar kemungkinana ketepatannya dalam keberhasilan penerapan teori motivasi ini di dunia kerja.
2.      Dalam teori ini diterapkan pelatih berlaku efektif dalam mengajar individu – individu untuk berpikir dari segi prestasi, menang dan sukses, kemudian membantu mereka untuk belajar cara bertindak dalam cara yang berprestasi tinggi dengan lebih menyukai situasi dimana mereka mempunyai tanggung jawab pribadi. Sehingga individu dapat termotivator.
v  Kelebihan teori dua faktor yang dikemukakan Frederick Herzberg :
1.      Teori Herzberg telah dibaca secara luas dan hanya sedikit manajer yang tidak familiar dengan rekomendasi – rekomendasinya..
2.      Banyak penerapan dari teori Herzberg yang berhasil.
3.      Penelitian yang dilakukan Herzberg banyak dikembangkan dan berhasil.
4.      Dalam teori Herzberg sangat benar – benar memperhatikan karyawan sehingga dapat diketahui dengan benar kondisi karyawan.
Ø  Kelemahan dari antara teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori tiga kebutuhan dari Atkinson dan David McClelland, teori dua factor dari Frederich Herzberg :
v  Kelemahan teori kebutuhan dari Abraham Maslow :
1.      Secara umum, riset tidak mensahihkn teori Maslow. Maslow tidak memberikan pembenaran (subtansiasi) empiris, sementara beberapa studi yang berusaha mensahihkan teori itu tidak mendukung teori itu.
2.      Menurut teori ini kebutuhan manusia itu adalah bertingkat-tingkat atau hierarkis, tetapi dalam kenyataannya manusia menginginkan tercapai sekaligus dan kebutuhan itu merupakan siklus, seperti lapar-makan-lapar lagi-makan lagi dan seterusnya.
v  Kelemahan teori motivasi prestasi yang dikemukakan oleh Atkinson dan David McClelland :
1.      Motivasi hanya didorong oleh kekuatan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, dan nilai insentif yang terlekat pada tujuan saja.
2.      Terkadang pendektan antara atasan dan bawahan tidak berjalan secara efektif.
v  Kelemahan dari teori dua factor oleh Frederick Herzberg :
1.      Prosedur yang digunakan Herzberg terbatasi oleh metodologinya. Bila semuanya berlangsung baik, orang cenderung menganggap itu berkat diri mereka. Sebaliknya, mereka menyalahkan lingkungan luar jika terjadi kegagalan.
2.      Keandalan metodologi Herzberg dipertanyakan. Karena penilai harus melakukan penafsiran, mungkin mereka dapat mencemari penemuan dengan menafsirkanrespon tertentu dengan cara tertentu namun di sisi lain memperlakukan respon lain dengan cara yang berbeda.
3.      Tidak digunakannya ukuran total kepuasan apapun. Dengan kata lain, seseorang dapat tidak menyukai bagian dari pekerjaannya, masih berpikir bagwa pekerjaan itu dapat diterimanya.
4.      Teori itu tidak konsisten ddengan riset sebelumnya. Teori dua factor mengabaikan variable – variable situasi.
5.      Herzberg mengasumsikan hubungan antara kepuasan dan produktivitas. Tetapi, metodologi riset yang dia gunakan hanya memandang ke kepuasan, bukan produktivitas. Untuk membuat agar riset semacam itu relevan, kita harus mengasumsikan hubungan yang kuat antara kepuasan dan produkyivitas.
Kesimpulan yang saya dapat adalah dari ketiga teori tersebut baik walaupun ada beberapa kelemahan. Bahwa tidak cukup memenuhi kebutuhan makan, minum, dan pakaian saja, tetapi orang juga mengharapkan pemuasan kebutuhan mental atau rohani, dan psikologis juga. Semakin tinggi individu naik ke dalam organisasi, makin besar motif kekuasaan sang pemegang jabatan, akibatnya akan muncul motif kekuasaan tertinggi. Kebutuhan yang tak terpuaskan akan memotivasi dan kebutuhan yang tak terpuaskan akan mengaktifkan dorongan ke kebutuhan yang baru. Kita harus mempertimbangkan kualitas upaya maupun intensitasnya, upaya yang diarahkan ke sasaran dan konsisten dengan sasaran organisasi adalha yang harus kita usahakan. Motivasi memiliki dimensi berlangsung lama, ini adalah ukuran tentang berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya

Orientasi Karyawan dan Cara Evaluasi Tingkat Keberhasilan Metode Perekrutan dan Seleksi


1. Mengapa perlu dilakukan orientasi pada karyawan ?
Jawab :
Ø  Perlu dilakukan orientasi karyawan karena dapat mengurangi kecemasan karyawan baru saat pertama kali bekerja, sehingga ia benar – benar mengenal lingkungan tempat dia bekerja, apa saja yang harus dia kerjakan, mengenal atasan dan reken – rekan kerja dengan baik. Saat ia telah mendapatkan orientasi ia dapat meningkatkan semangat kerja, dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik, semakin betah di lingkungan kerja, kecenderungan untuk keluar dari perusahaan jadi berkurang, agar para karyawan baru tidak segan memberikan informasi tentang manfaat program orientasi dan kelemahan-kelemahanya, agar para karyawan baru semakin trampil melaksanakan tugas-tugasnya, agar semakin mampu menjaga hubungan harmonis dengan sesama rekan kerja di lingkungan pekerjaan mereka.

2. Bagaimana cara organisasi untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan  metode perekrutan dan seleksi  yang sudah dilakukan?
Jawab :
Metode perekrutan dan seleksi karyawan ada beberapa macam, yaitu : wawancara pekerjaan, tes kemempuan, bakat, dan ketrampilan, inventaris minat, dan tes kepribadian.
Setelah melalui tahap perekrutan dan seleksi, karyawan yang sudah diterima disuatu perusahaan dapat dilihat berhasil tidaknya perusahaan merektut karyawan yang berkompeten adalah dengan cara :
Ø  Melihat kinerja karyawan yang diseleksi
Jika kinerja karyawan baik maka proses seleksi dan perekrutan berjalan baik karena bisa menyaring tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Ø  Tercapainya tujuan perusahaan
Perekrutan dan seleksi dikatakan berhasil apabila tujaun dari perusahaan itu dapat tercapai
Ø  Sikap karyawan di dalam perusahaan
Karyawan dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan karyawan lain, bisa menghoramati atasan, dan karyawan tersebut dapat bekerja dengan baik apabila menjadi salah satu tim kerja di perusahaan tersebut.
Ø  Komunikasi yang baik
Adanya komunikasi yang baik antara karyawan dengan atasan dan antar karyawan. Bila komunikasi berjalan baik maka segala tugas dan perintah dari atasan dapat diselesaikan dengan baik, kerjasama antar karyawan juga baik karena tidak adanya miss communication.
Ø  Disiplin kerja
Apabila metode perekrutan dan seleksi karyawan berjalan dengan baik, maka karyawan yang dipilih benar – benar terpilih baik kemampuan kerja maupun sikapnya. Kedisplinan kerja sangat berpengaruh karena bila karyawan itu disiplin dalam hal pekerjaannya, baik tepat waktu berangkat bekerja maupun tepat waktu dalam pengumpulan tugas yang diberikan atsan maka ia benar – benar karyawan yang baik. Dan metode perekrutan dan seleksi karyawan telah berjalan dengan baik